Jenis-jenis olahan makanan khas Indonesia dari bahan baku olahan bahan pangan setengah jadi serealia dan umbi
Menurut teori kebutuhan Maslow, pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia (basic needs). Oleh karenanya, pemenuhan terhadap pangan menjadi hal
mutlak jika manusia ingin tetap bisa menjaga keberlangsungan hidupnya. Setelah
kebutuhan dasar terpenuhi, manusia baru akan bisa memikirkan untuk mencapai
kebutuhan lainnya. Kebutuhan bersosialisasi (social needs), percaya diri (self
esteem) dan aktualisasi diri (self actualization) merupakan tiga teratas
kebutuhan manusia.
Namun, sekarang hal tersebut tidak berlaku lagi. Saat ini pangan telah
menjadi sebuah gaya hidup baru di kalangan masyarakat, bukan lagi produk
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia semata. Pangan berubah
menjadi sebuah industri kuliner yang tidak hanya memberikan cita rasa, juga
kebutuhan lain manusia untuk bersosialisasi maupun beraktualisasi.
Tidak mengherankan jika industri kuliner saat ini tumbuh sangat subur. Beberapa
hal yang mengindikasikannya adalah pola konsumsi masyarakat yang mulai bergeser
ke masakan dan minuman jadi, serta
jumlah usaha makanan atau restoran terus meningkat. Perkembangan
industri bisnis kuliner di Indonesia khususnya di Jakarta terlihat sangat maju,
bahkan sudah hampir menyamai perkembangan kuliner di negara-negara maju seperti
di USA, Prancis, Australia, Jepang, Thailand, dan Inggris. Kemajuan itu
terlihat baik dalam hal penampilan maupun keanekaragaman jenis masakannya dan
juga karena menyediakan ruang bagi konsumen untuk bisa berkumpul dengan
komunitasnya melalui layanan ruangan maupun jasa lainnya.
Secara umum, mengolah pangan serealia dan umbi menjadi produk olahan pangan
setengah jadi dihasilkan jenis produk berbentuk potongan pipih tebal atau tipis
(misalnya berbagai jenis kerupuk), butiran besar (misalnya jagung pipil, biji
sorgum, tepung tiwul instan, dan chip/granula/ sawut lainnya) maupun butiran
halus (misalnya berbagai jenis tepung, baik dari bahan serealia maupun
umbi-umbian) dengan teknik pengeringan.
Produk olahan pangan setengah jadi ini berbentuk bahan baku kering yang selanjutnya
menjadi bahan baku olahan industri rumah tangga maupun industri pabrik. Bahan
pangan setengah jadi memiliki nilai ekonomi lebih tinggi karena dapat memiliki
umur simpan yang lebih panjang dan dapat diolah secara cepat sesuai kebutuhan.
Berikut ini akan diuraikan jenis makanan khas Indonesia yang dihasilkan dari
penggunaan bahan baku olahan bahan pangan setengah jadi dari serealia dan umbi dengan bentuk potongan
pipih tebal atau tipis, butiran besar, dan butiran halus.
1. Olahan pangan setengah jadi dengan bentuk pipih tebal atau tipis
Produk pangan setengah jadi bentuk pipih tebal atau tipis dari serealia antara
lain kerupuk gendar, rengginang, emping jagung, kerupuk bawang, bihun, dan mie.
Produk pangan setengah jadi bentuk pipih tebal atau tipis dari umbi antara lain
kerupuk tette, keripik singkong, sawut/gaplek ubi jalar, gaplek ubi kayu, dan
kentang beku. Produk pangan setengah jadi dari serealia dan umbi dengan bentuk
pipih tebal/tipis seperti kerupuk, keripik, dan kentang beku biasanya jika
diolah menjadi makanan khas Indonesia digunakan teknik menggoreng dengan
menggunakan minyak. Namun untuk bentuk sawut/gaplek ubi jalar maupun ubi
kayu/singkong, diolah dengan berbagai teknik, bisa dikukus, direbus, maupun
digoreng.
Berikut ini gambar dari olahan pangan setengah jadi bentuk pipih tebal atau
tipis dari serealia dan umbi.
Gambar kerupuk
gendar, rengginang, kerupuk tette dan keripik tempe
2. Olahan pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar
Produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar dari bahan serealia
adalah beras/beras instan, beras jagung, jagung pipil kering dan beku, aneka
butiran oat, aneka pasta, beras/biji sorgum. Adapun, produk pangan setengah
jadi dengan bentuk butiran besar dari bahan kacang-kacangan adalah kacang
hijau, kacang tanah, dan kacang kedelai.
Sedangkan, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar dari
umbi adalah tiwul instan dan beras singkong. Produk pangan setengah jadi
serealia, dan umbi dengan bentuk beras, beras instan, beras jagung, aneka
pasta, aneka butiran oat, beras/biji sorgum biasanya jika diolah menjadi
makanan khas Indonesia dengan teknik dikukus atau direbus, namun untuk bentuk
jagung pipil kering diolah dengan berbagai teknik dipanaskan maka biji jagung
pipil akan meletus kalau dipanaskan karena mengembangnya uap air dalam biji.
Adapun, jagung pipil beku dapat diolah menjadi berbagai makanan khas Indonesia
seperti sup, gorengan, tumisan, kue dan lain-lain dengan menggunakan berbagai
teknik bisa direbus, maupun digoreng. Sedangkan, produk pangan setengah jadi
dari bahan kacang-kacangan dengan bentuk biji atau butiran seperti kacang hijau,
kacang kedelai, kacang tanah biasanya diolah dengan teknik direbus, digoreng
atau dipanaskan dengan oven.
Berikut ini gambar dari olahan pangan setengah jadi
dengan bentuk utiran besar dari serealia, kacang-kacangan, dan umbi.
Gambar jagung
grontol, nasi jagung, kacang kedelai goreng, dan biskuit
3. Olahan pangan setengah jadi dengan bentuk butiran halus
Produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran halus dari serealia yaitu
tepung beras, tepung jagung/maizena, tepung terigu, dan tepung sorgum.
Sedangkan, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran halus dari umbi
yaitu tepung ubi jalar, tepung tapioka, tepung talas, dan tepung kentang.
Produk pangan setengah jadi serealia, kacang-kacangan, dan umbi dengan aneka
ragam jenis tepung biasanya jika diolah menjadi makanan khas Indonesia dapat
dengan aneka ragam teknik. Adapun, aneka ragam tepung dari bahan serealia,
kacang-kacangan, dan umbi dapat diolah menjadi berbagai produk makanan khas Indonesia seperti; jenang
(Jawa), aneka ragam kue (seperti kue Adee singkong (Meureudu), bolu, lepet
(Jawa), donat (Jakarta), brownies (Bandung), dan lain-lain), bakpia (Jawa), es
krim, mie, roti, maupun keripik.
Berikut ini gambar dari olahan pangan setengah jadi serealia,
kacang-kacangan, dan umbi dengan bentuk butiran halus.
Gambar kue
adee, udang goreng tepung, Chai kue, dan bakpia
Makanan dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Makanan yang masuk
ke dalam tubuh selain untuk menjaga kesehatan, digunakan untuk proses pertumbuhan, mengganti sel-sel yang
rusak, dan persediaan energi, agar proses-proses biokimiawi dalam tubuh tetap
berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan zat
gizi dari makanan dalam jumlah tertentu untuk kelangsungan hidupnya.
Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang artinya makanan. Oleh
karena itu, kita harus dapat membedakan pengertian antara bahan makanan dan zat
makanan/zat gizi/nutrisi. Zat makanan adalah satuan nutrisi yang menyusun
bahan makanan tersebut. Bahan makanan disebut juga komoditas pangan dalam
perdagangan, yaitu bahan-bahan makanan yang dibeli, dimasak, dan disusun
menjadi hidangan. Makanan yang baik dan bergizi menjadi dasar utama bagi
kesehatan. Cukup tidaknya nilai gizi makanan yang dikonsumsi secara kuantitatif
dapat diperkirakan dari nilai energi (kalori) yang dikandungnya. Kalori adalah
satuan unit yang digunakan untuk mengukur nilai energi yang diperoleh tubuh
ketika mengonsumsi makanan/minuman. Ada enam macam zat gizi yang diperlukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan tubuh supaya dapat tumbuh dengan baik dan
sehat, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Zat-zat gizi yang dianjurkan menjadi dasar pola makan gizi seimbang.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yaitu:
a. Kelompok zat gizi penghasil tenaga (karbohidrat).
Bahan makanan yang mengandung karbohidrat antara lain dapat diperoleh dari
beras, jagung, gandum, roti, mie, makaroni, bihun, kentang, singkong, ubi,
talas, umbi-umbian, tepung-tepungan, gula, dan minyak.
b. Kelompok zat gizi pembangun sel
(protein).
Protein dapat diperoleh dari daging, ayam, kelinci, telur, ikan, udang,
susu, serta kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe.
c. Kelompok zat gizi pengatur dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Zat pengatur banyak terdapat dalam sayur-sayuran yang berwarna
kuning, jingga, dan merah, serta buah-buahan.
0 comments:
Post a Comment