Mengenal Jenis-Jenis Satwa Harapan
Perkembangan usaha peternakan yang ada pada saat ini sudah
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Ternak ayam, kambing, dan sapi sudah
banyak diketahui dan dibudi dayakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan
manusia. Masyarakat sudah mulai mengembangkan ternak satwa alternative atau satwa
harapan sebagai sumber bahan baku industri, pakan, atau hewan laboratorium.
Pada umumnya, ternak atau satwa harapan yang dipelihara mempunyai
beberapa kelebihan, diantaranya siklus hidup pendek, jarang terkena penyakit,
murah harganya, serta mudah beradaptasi dengan lingkungan dan pakan yang
diberikan.
Satwa harapan merupakan jenis hewan yang memiliki potensi ekonomi
untuk dibudi dayakan. Setiap jenis satwa harapan memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.
Apakah kalian pernah
melihat satwa harapan di sekitar lingkunganmu?
Apa yang kalian rasakan setelah melihat satwa harapan yang
unik tersebut?
Semua itu merupakan anugerah dari Tuhan yang patut kita
syukuri. Apalagi negara kita Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna
terbesar ketiga di dunia. Potensi ekonomi yang dimiliki satwa harapan dapat
menjadi alternative bagi masyarakat untuk mengisi waktu luang sekaligus sebagai
alternative penghasilan keluarga.
Melalui pemeliharaan ternak alternative tersebut, diharapkan dapat memunculkan sikap mandiri, ulet, tanggung jawab,
penyabar, dan penyayang bahkan menumbuhkan jiwa wirausaha sejak dini.
Jenis-Jenis Satwa Harapan
Satwa harapan dipelihara
masyarakat dengan alasan yang beragam. Salah satunya sebagai pekerjaan
sampingan karena memiliki nilai ekonomis untuk meningkatkan penghasilan
keluarga. Di Indonesia, terdapat banyak sekali komunitas atau perkumpulan
pecinta hewan. Biasanya, mereka berkumpul untuk berbagi tips perawatan satwa harapan
yang dimiliki dan memberikan solusi jika ada kendala dalam pemeliharaan satwa.
Berikut contoh satwa harapan yang banyak dibudi dayakan masyarakat.
1. Cacing Tanah (Lumbricus
terrestris)
Seekor cacing tanah bisa mencapai
ukuran panjang 9 hingga 30 cm bergantung pada banyak ruas badan, umur, dan mutu
pakannya. Cacing tidak punya tangan, kaki, ataupun mata. Di dunia ini, ada
sekitar 2.700 jenis cacing tanah.
Cacing dapat hidup jika tersedia
oksigen, air, pakan, dan suhu yang cocok. Jika keempat kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, cacing akan mencari tempat yang cocok. Dalam setiap hectare tanah
dapat ditemui lebih dari satu juta cacing tanah. Cacing tanah membuat lubang
menembus kedalaman dan mencampur bagian bawah dengan bagian permukaan. Kotoran
cacing tanah mengandung nitrogen unsur hara penting bagi tanaman. Kotoran cacing
ini membantu mengikat partikel tanah menjadi agregat-agregat sehingga struktur
tanah menjadi baik.
Cacing tergolong binatang
berdarah dingin. Cacing dapat menumbuhkan ekor baru tetapi tidak dapat
menumbuhkan kepala baru jika bagian tersebut terpotong. Bayi cacing tidak
dilahirkan, mereka berada dalam kokon berukuran lebih kecil dari sebutir beras.
Meskipun tidak punya mata, cacing dapat menangkap sinar, khususnya pada bagian
tubuh terdepan (bagian kepala). Mereka bergerak menjauhi sinar dan kulit cacing
akan menjadi kering jika terekspos sinar dalam waktu lama (sekitar satu jam).
Jika kulit cacing kering, ia akan mati.
Gambar Cacing tanah
Cacing tergolong binatang
hermaprodit (berkelamin ganda). Setiap cacing mempunyai organ jantan maupun
betina. Cacing kawin dengan cara menyatukan bagian clitellum (bagian membengkak
di dekat kepala pada cacing dewasa) dan bertukar sperma. Setiap cacing kemudian
membentuk selubung telur dalam clitellum.
2. Jangkrik (Gryllidae)
Jangkrik atau cengkerik adalah
serangga yang berkerabat dekat dengan belalang. Jangkrik memiliki tubuh rata
dan antena panjang. Jangkrik jantan memiliki suara yang khas. Suara ini
digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik akan
semakin keras dengan naiknya suhu sekitar.
Gambar Jangkrik
Di Indonesia, tercatat lebih
kurang ada 123 jenis jangkrik. Jenis Gryllus
testaclus dan Gryllus mitratus banyak dibudi dayakan untuk pakan burung dan
ikan. Menurut keyakinan yang berkembang di masyarakat, burung yang makan
jangkrik akan rajin berkicau membuat tubuh. Arwana yang makan jangkrik tubuhnya
menjadi indah berkilau.
Di habitat aslinya, jangkrik hidup aktif di malam hari: kegiatan makan,
mengerik, dan kawin dilakukan malam hari. Oleh karena itu, lingkungan budi daya
jangkrik dibuat gelap agar jangkrik terus melakukan aktivitas. Pada siang hari,
jangkrik mencari perlindungan di lorong/lubang tanah, di bawah batu, atau di
bawah tumpukan material, seperti genteng, kayu, dan material lainnya.
Makanan jangkrik di alam bermacam-macam. Jangkrik adalah pemakan
tumbuhan, seperti krokot, dan tanaman pertanian seperti tanaman sayuran dan
palawija. Jangkrik lebih menyukai bagian tanaman yang muda seperti daun dan
pucuk tanaman. Lama siklus hidup
jangkrik bervariasi menurut jenisnya. Untuk semua jenis, umur jantan lebih
pendek dibandingkan dengan umur betina. Sebagai gambaran, umur jantan dewasa
jenis Gryllus mitratus hanya 78 hari, sedangkan umur betina dewasa dapat
mencapai 105 hari. Ukuran tubuh jangkrik betina lebih panjang dibandingkan ukuran
tubuh jantan.
3. Lebah Madu
Lebah madu termasuk serangga sosial yang hidup berkoloni. Setiap lebah mempunyai tugas
khusus yang sangat penting bagi kelangsungan hidup koloninya. Di
dalam sebuah sarang koloni terdiri atas tiga anggota
masyarakat lebah, yaitu seekor lebah ratu, ratusan lebah jantan, dan ribuan
lebah pekerja. Spesies yang paling penting untuk diternak atau dipanen hasil
madunya adalah lebah madu Apis mellifera dari Eropa, Apis adonsonii atau Apis
unicolor dari Afrika, Apis dorsata dan Apis indica dari Asia. Selain madu,
lebah juga menghasilkan lilin.
Gambar Lebah Madu
Setiap jenis lebah memiliki ciri
fisik dan tugas yang berbedabeda. Lebah jantan berpantat tumpul dan tidak bersengat. Lebah pekerja berpantat runcing dan
bersengat. Tugas lebah pekerja bergantung pada tingkatan umurnya, dari muda
sampai tua, yaitu sebagai perawat, penghubung di dalam sarang, penjaga sarang, perintis
atau pencari tempat yang menghasilkan pakan (bunga), pencari pakan, dan pembuat
sarang.
Lebah ratu berbadan panjang, berpantat
runcing, dan bersengat, tugasnya bertelur. Setelah kawin satu kali, lebah ratu segera
masuk sarang dan bertelur seumur hidup. Lebah ratu akan terus berada di sarang,
selama tidak ada pengganggu dan ratu baru belum muncul.
Di habitat alaminya, lebah membangun sarang di
dahan atau cabang-cabang pohon besar. Sarang bagian atas untuk menyimpan madu,
dan bagian bawah untuk mengerami telur. Secara tradisional, lebah madu banyak
dipelihara masyarakat desa di sekitar hutan dengan menggunakan gelodok dari
batang kelapa atau randu.
Hasilnya madu dan larva lebah.
Satu sisir sarang lebah dapat menyimpan madu 15-20 kg dan 3-4 kg lilin.
4. Ulat Sutra
Ulat sutra liar (Attacus atlas)
adalah salah satu serangga yang berukuran besar dan banyak ditemukan di
hutan-hutan tropis dan subtropis, seperti di Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia
Timur, Selatan China, melintasi Kepulauan Malaysia, Thailand dan Indonesia.
Gambar Ulat sutra
Attacus atlas termasuk hewan
polivoltin, artinya hewan ini dapat
hidup sepanjang tahun dan termasuk serangga polifagus yang dapat hidup pada 90
golongan tumbuhan yang bisa dimakan oleh larva. Attacus atlas merupakan hewan
yang mengalami metamorphosis sempurna.
0 comments:
Post a Comment