Monday, April 23, 2018

BAB III A. Mengenal Jenis-Jenis Satwa Harapan

Mengenal Jenis-Jenis Satwa Harapan


Perkembangan usaha peternakan yang ada pada saat ini sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Ternak ayam, kambing, dan sapi sudah banyak diketahui dan dibudi dayakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Masyarakat sudah mulai mengembangkan ternak satwa alternative atau satwa harapan sebagai sumber bahan baku industri, pakan, atau hewan laboratorium.
Pada umumnya, ternak atau satwa harapan yang dipelihara mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya siklus hidup pendek, jarang terkena penyakit, murah harganya, serta mudah beradaptasi dengan lingkungan dan pakan yang diberikan.
Satwa harapan merupakan jenis hewan yang memiliki potensi ekonomi untuk dibudi dayakan. Setiap jenis satwa harapan memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
Apakah kalian pernah melihat satwa harapan di sekitar lingkunganmu?
Apa yang kalian rasakan setelah melihat satwa harapan yang unik tersebut?
Semua itu merupakan anugerah dari Tuhan yang patut kita syukuri. Apalagi negara kita Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna terbesar ketiga di dunia. Potensi ekonomi yang dimiliki satwa harapan dapat menjadi alternative bagi masyarakat untuk mengisi waktu luang sekaligus sebagai alternative penghasilan keluarga.
Melalui pemeliharaan ternak alternative  tersebut, diharapkan dapat  memunculkan sikap mandiri, ulet, tanggung jawab, penyabar, dan penyayang bahkan menumbuhkan jiwa wirausaha sejak dini.

Jenis-Jenis Satwa Harapan

Satwa harapan dipelihara masyarakat dengan alasan yang beragam. Salah satunya sebagai pekerjaan sampingan karena memiliki nilai ekonomis untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Di Indonesia, terdapat banyak sekali komunitas atau perkumpulan pecinta hewan. Biasanya, mereka berkumpul untuk berbagi tips perawatan satwa harapan yang dimiliki dan memberikan solusi jika ada kendala dalam pemeliharaan satwa. Berikut contoh satwa harapan yang banyak dibudi dayakan masyarakat.

1. Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)
Seekor cacing tanah bisa mencapai ukuran panjang 9 hingga 30 cm bergantung pada banyak ruas badan, umur, dan mutu pakannya. Cacing tidak punya tangan, kaki, ataupun mata. Di dunia ini, ada sekitar 2.700 jenis cacing tanah.
Cacing dapat hidup jika tersedia oksigen, air, pakan, dan suhu yang cocok. Jika keempat kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, cacing akan mencari tempat yang cocok. Dalam setiap hectare tanah dapat ditemui lebih dari satu juta cacing tanah. Cacing tanah membuat lubang menembus kedalaman dan mencampur bagian bawah dengan bagian permukaan. Kotoran cacing tanah mengandung nitrogen unsur hara penting bagi tanaman. Kotoran cacing ini membantu mengikat partikel tanah menjadi agregat-agregat sehingga struktur tanah menjadi baik.
Cacing tergolong binatang berdarah dingin. Cacing dapat menumbuhkan ekor baru tetapi tidak dapat menumbuhkan kepala baru jika bagian tersebut terpotong. Bayi cacing tidak dilahirkan, mereka berada dalam kokon berukuran lebih kecil dari sebutir beras. Meskipun tidak punya mata, cacing dapat menangkap sinar, khususnya pada bagian tubuh terdepan (bagian kepala). Mereka bergerak menjauhi sinar dan kulit cacing akan menjadi kering jika terekspos sinar dalam waktu lama (sekitar satu jam). Jika kulit cacing kering, ia akan mati.


Gambar Cacing tanah

Cacing tergolong binatang hermaprodit (berkelamin ganda). Setiap cacing mempunyai organ jantan maupun betina. Cacing kawin dengan cara menyatukan bagian clitellum (bagian membengkak di dekat kepala pada cacing dewasa) dan bertukar sperma. Setiap cacing kemudian membentuk selubung telur dalam clitellum.

2. Jangkrik (Gryllidae)
Jangkrik atau cengkerik adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang. Jangkrik memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik jantan memiliki suara yang khas. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik akan semakin keras dengan naiknya suhu sekitar.

Gambar Jangkrik

Di Indonesia, tercatat lebih kurang ada 123 jenis jangkrik. Jenis  Gryllus testaclus dan Gryllus mitratus banyak dibudi dayakan untuk pakan burung dan ikan. Menurut keyakinan yang berkembang di masyarakat, burung yang makan jangkrik akan rajin berkicau membuat tubuh. Arwana yang makan jangkrik tubuhnya menjadi indah berkilau.
Di habitat aslinya, jangkrik hidup aktif di malam hari: kegiatan makan, mengerik, dan kawin dilakukan malam hari. Oleh karena itu, lingkungan budi daya jangkrik dibuat gelap agar jangkrik terus melakukan aktivitas. Pada siang hari, jangkrik mencari perlindungan di lorong/lubang tanah, di bawah batu, atau di bawah tumpukan material, seperti genteng, kayu, dan material lainnya.
Makanan jangkrik di alam bermacam-macam. Jangkrik adalah pemakan tumbuhan, seperti krokot, dan tanaman pertanian seperti tanaman sayuran dan palawija. Jangkrik lebih menyukai bagian tanaman yang muda seperti daun dan pucuk tanaman.   Lama siklus hidup jangkrik bervariasi menurut jenisnya. Untuk semua jenis, umur jantan lebih pendek dibandingkan dengan umur betina. Sebagai gambaran, umur jantan dewasa jenis Gryllus mitratus hanya 78 hari, sedangkan umur betina dewasa dapat mencapai 105 hari. Ukuran tubuh jangkrik betina lebih panjang dibandingkan ukuran tubuh jantan.

3. Lebah Madu
Lebah madu termasuk serangga sosial yang hidup berkoloni. Setiap lebah mempunyai tugas khusus yang sangat penting bagi kelangsungan hidup koloninya. Di dalam sebuah sarang koloni terdiri atas tiga anggota masyarakat lebah, yaitu seekor lebah ratu, ratusan lebah jantan, dan ribuan lebah pekerja. Spesies yang paling penting untuk diternak atau dipanen hasil madunya adalah lebah madu Apis mellifera dari Eropa, Apis adonsonii atau Apis unicolor dari Afrika, Apis dorsata dan Apis indica dari Asia. Selain madu, lebah juga menghasilkan lilin.

Gambar Lebah Madu

Setiap jenis lebah memiliki ciri fisik dan tugas yang berbedabeda. Lebah jantan berpantat tumpul dan tidak  bersengat. Lebah pekerja berpantat runcing dan bersengat. Tugas lebah pekerja bergantung pada tingkatan umurnya, dari muda sampai tua, yaitu sebagai perawat, penghubung di dalam sarang, penjaga sarang, perintis atau pencari tempat yang menghasilkan pakan (bunga), pencari pakan, dan pembuat sarang.
Lebah ratu berbadan panjang, berpantat runcing, dan bersengat, tugasnya bertelur. Setelah kawin satu kali, lebah ratu segera masuk sarang dan bertelur seumur hidup. Lebah ratu akan terus berada di sarang, selama tidak ada pengganggu dan ratu baru belum muncul.  
Di habitat alaminya, lebah membangun sarang di dahan atau cabang-cabang pohon besar. Sarang bagian atas untuk menyimpan madu, dan bagian bawah untuk mengerami telur. Secara tradisional, lebah madu banyak dipelihara masyarakat desa di sekitar hutan dengan menggunakan gelodok dari batang kelapa atau randu.
Hasilnya madu dan larva lebah. Satu sisir sarang lebah dapat menyimpan madu 15-20 kg dan 3-4 kg lilin.

4. Ulat Sutra
Ulat sutra liar (Attacus atlas) adalah salah satu serangga yang berukuran besar dan banyak ditemukan di hutan-hutan tropis dan subtropis, seperti di Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Timur, Selatan China, melintasi Kepulauan Malaysia, Thailand dan Indonesia.

Gambar Ulat sutra

Attacus atlas termasuk hewan polivoltin, artinya  hewan ini dapat hidup sepanjang tahun dan termasuk serangga polifagus yang dapat hidup pada 90 golongan tumbuhan yang bisa dimakan oleh larva. Attacus atlas merupakan hewan yang mengalami metamorphosis sempurna.

0 comments:

Post a Comment